Saat ini
listrik sedang mati. Otomatis lampu pun padam dan aku mengetik ditemani nyala
lilin. Hihi, syahdu, ya? Setidaknya tidak ada suara tivi yang mengganggu
konsentrasi. Baiklah, untuk prompt keenam ini, aku akan menuliskan sesuatu
tentang diriku yang mau kuubah. Asumsiku tentu saja, sesuatu yang merupakan
sifat jelek, dan tidak baik serta merugikan. Dalam kata lain, breaking such habit.
Ada dua hal
yang ingin kuubah. Pertama adalah rasa malas dan kedua rasa suka menunda. Iya,
dua itu adalah sifat jelek yang kumiliki (yang ku-reveal to the world, haha). Cuma aku juga terkadang berpikir, bisa
jadi keduanya ini mengakar pada satu sifat yang sama. Aku malas dan kemalasan
itu membuatku menunda melakukan sesuatu. Make
sense, kan? Iya bisa juga ini adalah dua sifat yang sejatinya satu alias
sama.
Hmm, meski
baru saja melontar kalimat seperti itu, sebagian otakku berpikir ke arah yang
berbeda. Bisa saja itu adalah dua sifat yang berbeda. Maksudku, ada banyak hal
yang menjadi penyebab kita menunda sesuatu. Misalnya, kita menunda untuk pergi
ke sekolah lebih lama dari jam seharusnya karena hari hujan deras dan petir
menyambar-nyambar. Kita memang menunda, namun bukan rasa malas lah penyebabnya.
Ah, lalu apa alasan dibalik sifat suka menunda yang kumiliki? Tik, tok, jarum
jam berdentang dan aku menarik napas. Hmm, jika memang aku menunda karena
malas, maka itu akan lebih simple. Hanya satu sifat yang harus kuberantas. Tapi
jika bukan itu, ada dua sifat jelek yang harus segera ditangani. Huwwaa… aku
pusiing. Aku jadi bingung. (-__-)”
Hmm,
sudahlah, sepertinya memerlukan perenungan yang lebih mendalam agar bisa
mendapatkan jawaban yang tepat dan benar. Intinya sifat itu menganggu hidupku.
Dan aku tipe yang begitu… aku tidak tahu bagaimana mengungkapnya, aku masih
saja berenang di kolam yang penuh dengan sifat tidak bagus ini. Aku ingin
mengubah kedua hal itu meski sudah jelas itu tidak mudah. Butuh komitmen yang
kuat.
Ya,
menumbuhkan komitmen itu sama seperti menanam tanaman di tanah yang kering.
Mending kalau tanaman itu semacam kaktus atau kurma, kalau rupanya teratai
#tepokjidat. Oke aku agak melantur, namun memang itu intinya, komitmen. Dan
tidak ada manusia lain yang bisa mengusahakannya kalau aku sendiri hanya diam
dan menolak berubah. Komitmen memang terdengar terlalu abstrak. Ada yang bisa
membantu, ide atau cara apa yang lebih praktis?
Oke, asumsi
pertama memang ke sifat, namun sebenarnya ada satu jawaban lagi yang bisa
disasar oleh prompt ini, yaitu secara fisik. Ya, bisa juga kan kita ingin
mengubah sesuatu di diri kita. Misalnya ingin mengubah rambut yang bawaan lahirnya
keriting menjadi rambut super lurus permanen. Atau contoh lainnya mengubah warna
kulit yang putih pucat menjadi lebih kecokelatan. Bisa juga sih ditilik dari
sisi fisik. Dan kalau itu ditanyakan kepadaku, perubahan secara fisik, hmm,
sepertinya tidak ada. Ada saat malah aku tidak peduli dengan penampilan.
Mungkin jika ini ditanyakan saat aku masih sekolah, aku punya beberapa jawaban.
Namun syukurlah, sepertinya aku sudah melewati masa-masa itu.
Penampilan itu
bisa diusahakan jika ada kemauan (astaga, apakah aku orang yang memiliki
kemauan? Kembali teringat kejelekan sifat). Namun yakinlah, cahaya yang keluar
dari dalam diri kita biasanya selalu lebih terang, lebih menguntungkan, lebih
permanent, lebih orisinil, dan lebih baik. Tidak, tidak, aku tidak menyarankan
agar kita mengabaikan penampilan fisik (astaga, apakah aku orang yang tidak
pedulian? Kembali teringat kejelekan sifat). Bagaimanapun keduanya (kecantikan
di luar dan di dalam diri) adalah karunia Tuhan yang harus kita rawat dan jaga
sebagai bentuk terimakasih, wujud syukur kepadaNya.
Yup, sudahlah,
aku jadi terhenti. Aku jadi bingung mau menulis apa lagi. Sebaiknya aku mengakhiri
postingan ini. Dan selalu begini, bingung sendiri waktu mau menutup postingan,
haha. (-__-)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar